Bencana kabut asap yang masih berlangsung di
Sumatera dan Kalimantan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan yang dilakukan
oleh para oknum belum juga bisa
teratasi. Hingga hari ini masyarakat di daerah tersebut masih menghirup asap
dan debu tentunya yang sangat tidak baik untuk kesehatan mereka. Bayangkan
selama beberapa bulan terakhir ini masyarakat dalam kehidupan sehari – harinya selalu
berada dalam lingkup yang berasap. Ini sangat membahayakan kesehatan mereka. Bencana
kabut asap ini yang telah berlangsung cukup lama telah memakan korban jiwa. Mulai
dari orang dewasa hingga bayi pun sudah menjadi korban jiwa yang ditimbulkan
dari bencana kabut asap ini. Bencana ini juga tidak menutup kemungkinan dapat
meningkatkan risiko bahaya kesehatan mulai dari efek jangka pendek hingga
panjang. Dalam sebuah seminar kesehatan yang digelar di RS Persahabatan,
Jakarta Dr. Feni Fitriani, Sp.P menjelaskan efek jangka pendek yang bisa
dirasakan akan langsung terasa di hidung dan tenggorokan yang mulai gatal. Hal ini
terjadi karena teriritasinya selaput lendir oleh asap kebakaran hutan. Akibatnya
timbul keluhan mata perih, hidung berair, mata berair, dan bau tidak nyaman
yang bisa menimbulkan rasa mual dan muntah. Sedangkan risiko jangka panjang
yang terkena paparan asap terus menerus akan terjadi gangguan pernapasan
kronik, fungsi paru yang berubah dan meningkatnya risiko gangguan
kardiovaskular.
Tindakan pemerintah
Menteri Koordinator Kesehatan Rakyat, Agung
Laksono, menegaskan bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Riau adalah karena
ulah manusia. Untuk itu, pemerintah melakukan penegakan hukum kepada pelaku
pembakaran hutan dan lahan. Agung medasarkan tudingannya pada data dari
tahun 2013 hingga 2014 sudah ada 41 tindakan hukum terkait kebakaran hutan di
Riau. Ada 25 tersangka dari total 41 penindakan itu. Tersangka itu, dari
pengelola perusahaan kelapa sawit. Dari 25 tersangka itu sudah ada yang masuk
ke proses pengadilan. Perusahaan itu ada yang berasal dari Indonesia tetapi ada
juga yang dari Singapura dan Malaysia.
Pengamat ekonomi Universitas Batanghari,
Jambi, Pantun Bukit, mengatakan, potensi ekonomi yang hilang jauh lebih besar
dibandingkan nilai kerugian. Dia mencontohkan tingkat hunian hotel dan
penginapan menurun drastis selama dua pekan terakhir sejak Jambi diselimuti
kabut asap. Rata-rata tingkat hunian hotel 60 persen per bulan, tetapi sejak
terganggunya aktivitas penerbangan akibat asap, tingkat hunian juga anjlok. Potensi
lain yang hilang antara lain transaksi belanja wisatawan, jasa kendaraan sewa,
dan ekspedisi barang antardaerah yang nilainya diperkirakan Rp 5 miliar per
hari. Sektor perdagangan lebih terdampak. Pantun mencontohkan, transaksi 600
kilogram udang ketak per hari dari nelayan Tanjung Jabung Barat untuk memasok
kebutuhan restoran di Jakarta bernilai Rp 800 juta per hari saat ini hilang.
Biasanya udang dikirim menggunakan pesawat, tetapi pengiriman dihentikan
sementara akibat kabut asap.
Melihat bencana kabut asap yang tak lagi bisa
dipandang enteng, pemerintah pusat pun turun tangan. Untuk mencari solusi
masalah ini Kementerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan menggelar pertemuan
dengan sejumlah pihak terkait. Rapat ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi
negara. Di antaranya Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Badrodin Haiti, KSAD
Mulyono dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin serta Menteri ESDM Sudirman
Said yang memimpin pertemuan menggantikan Menteri LHK. Di depan para petinggi
negara dan daerah tersebut, Sudirman mendorong agar masalah kabut asap yang
ditimbulkan oleh kebakaran hutan segera dicarikan solusinya. Hal itu dapat
terwujud dengan adanya koordinasi yang baik dari semua pihak.
Tak cukup sekadar menggelar pertemuan, Jokowi
memutuskan melihat langsung ke lokasi sumber asap. Minggu pagi, Jokowi beserta
rombongan terbang ke Palembang dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta
sekitar pukul 09.00 WIB. Sekitar pukul 10.00 WIB, Jokowi beserta rombongan tiba
di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang. Jokowi antara lain
datang bersama Ibu Negara Iriana, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo,
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Kepala
BNPNB Syamsul Maarif, dan Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Bambang Hendryono
Presiden Joko Widodo melihat langsung keadaan
di lapangan dan semoga dengan adanya kunjungan dari presiden bisa menemukan
solusi yang terbaik dalam hal seperti ini. Pemerintah harus cepat dan tanggap
dalam menangani bencana kabut asap karena ini semua menyangkut kesehatan masyarakat
yang terkena kabut asap. Selain karena kesehatan, pemerintah harus bisa
menemukan solusi untuk mengembalikan kestabilan perekonomian di daerah yang
terkena bencana. Sebab, semenjak adanya bencana ini perekonomian di daerah Sumatera
dan Kalimantan menurun. Maka dari itu perlu adanya kerja sama dari berbagai
pihak demi menyelesaikan masalah kabut asap ini yang telah merugikan masyarakat
dari berbagai aspek.
Sumber : Liputan 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar