Senin, 12 Oktober 2015

Kabut Asap Merajalela

Bencana kabut asap yang masih berlangsung di Sumatera dan Kalimantan yang diakibatkan oleh kebakaran hutan yang dilakukan oleh para oknum  belum juga bisa teratasi. Hingga hari ini masyarakat di daerah tersebut masih menghirup asap dan debu tentunya yang sangat tidak baik untuk kesehatan mereka. Bayangkan selama beberapa bulan terakhir ini masyarakat dalam kehidupan sehari – harinya selalu berada dalam lingkup yang berasap. Ini sangat membahayakan kesehatan mereka. Bencana kabut asap ini yang telah berlangsung cukup lama telah memakan korban jiwa. Mulai dari orang dewasa hingga bayi pun sudah menjadi korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana kabut asap ini. Bencana ini juga tidak menutup kemungkinan dapat meningkatkan risiko bahaya kesehatan mulai dari efek jangka pendek hingga panjang. Dalam sebuah seminar kesehatan yang digelar di RS Persahabatan, Jakarta Dr. Feni Fitriani, Sp.P menjelaskan efek jangka pendek yang bisa dirasakan akan langsung terasa di hidung dan tenggorokan yang mulai gatal. Hal ini terjadi karena teriritasinya selaput lendir oleh asap kebakaran hutan. Akibatnya timbul keluhan mata perih, hidung berair, mata berair, dan bau tidak nyaman yang bisa menimbulkan rasa mual dan muntah. Sedangkan risiko jangka panjang yang terkena paparan asap terus menerus akan terjadi gangguan pernapasan kronik, fungsi paru yang berubah dan meningkatnya risiko gangguan kardiovaskular.


Tindakan pemerintah
Menteri Koordinator Kesehatan Rakyat, Agung Laksono, menegaskan bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Riau adalah karena ulah manusia. Untuk itu, pemerintah melakukan penegakan hukum kepada pelaku pembakaran hutan dan lahan. Agung medasarkan tudingannya pada data dari tahun 2013 hingga 2014 sudah ada 41 tindakan hukum terkait kebakaran hutan di Riau. Ada 25 tersangka dari total 41 penindakan itu. Tersangka itu, dari pengelola perusahaan kelapa sawit. Dari 25 tersangka itu sudah ada yang masuk ke proses pengadilan. Perusahaan itu ada yang berasal dari Indonesia tetapi ada juga yang dari Singapura dan Malaysia.
Pengamat ekonomi Universitas Batanghari, Jambi, Pantun Bukit, mengatakan, potensi ekonomi yang hilang jauh lebih besar dibandingkan nilai kerugian. Dia mencontohkan tingkat hunian hotel dan penginapan menurun drastis selama dua pekan terakhir sejak Jambi diselimuti kabut asap. Rata-rata tingkat hunian hotel 60 persen per bulan, tetapi sejak terganggunya aktivitas penerbangan akibat asap, tingkat hunian juga anjlok. Potensi lain yang hilang antara lain transaksi belanja wisatawan, jasa kendaraan sewa, dan ekspedisi barang antardaerah yang nilainya diperkirakan Rp 5 miliar per hari. Sektor perdagangan lebih terdampak. Pantun mencontohkan, transaksi 600 kilogram udang ketak per hari dari nelayan Tanjung Jabung Barat untuk memasok kebutuhan restoran di Jakarta bernilai Rp 800 juta per hari saat ini hilang. Biasanya udang dikirim menggunakan pesawat, tetapi pengiriman dihentikan sementara akibat kabut asap.
Melihat bencana kabut asap yang tak lagi bisa dipandang enteng, pemerintah pusat pun turun tangan. Untuk mencari solusi masalah ini Kementerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan menggelar pertemuan dengan sejumlah pihak terkait. Rapat ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara. Di antaranya Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Badrodin Haiti, KSAD Mulyono dan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin serta Menteri ESDM Sudirman Said yang memimpin pertemuan menggantikan Menteri LHK. Di depan para petinggi negara dan daerah tersebut, Sudirman mendorong agar masalah kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan segera dicarikan solusinya. Hal itu dapat terwujud dengan adanya koordinasi yang baik dari semua pihak.
Tak cukup sekadar menggelar pertemuan, Jokowi memutuskan melihat langsung ke lokasi sumber asap. Minggu pagi, Jokowi beserta rombongan terbang ke Palembang dari Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta sekitar pukul 09.00 WIB. Sekitar pukul 10.00 WIB, Jokowi beserta rombongan tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang. Jokowi antara lain datang bersama Ibu Negara Iriana, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Kepala BNPNB Syamsul Maarif, dan Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Hendryono
Presiden Joko Widodo melihat langsung keadaan di lapangan dan semoga dengan adanya kunjungan dari presiden bisa menemukan solusi yang terbaik dalam hal seperti ini. Pemerintah harus cepat dan tanggap dalam menangani bencana kabut asap karena ini semua menyangkut kesehatan masyarakat yang terkena kabut asap. Selain karena kesehatan, pemerintah harus bisa menemukan solusi untuk mengembalikan kestabilan perekonomian di daerah yang terkena bencana. Sebab, semenjak adanya bencana ini perekonomian di daerah Sumatera dan Kalimantan menurun. Maka dari itu perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak demi menyelesaikan masalah kabut asap ini yang telah merugikan masyarakat dari berbagai aspek.

Sumber : Liputan 6